Senin, 27 April 2009

Structure Equation Modelling

Structural Equation Modeling (SEM)
Model persamaan struktural (structural equation modeling) adalah generasi kedua teknik analisis multivariate (Bagozzi dan Fornell 1982) yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model.
Selain itu menurut Bollen (1989), SEM juga dapat menguji secara bersama-sama :
1. Model struktural. Yaitu hubungan antara variabel laten baik variabel laten endogen maupun eksogen.
2. Model measurement. Yaitu hubungan (nilai loading) antar indikator dengan variabel latennya.
Dengan adanya pengujian model struktural dan pengukuran memungkinkan peneliti untuk menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Structural Equation Modeling dan melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis. Proses Structural Equation Modeling mencakup beberapa langkah yang harus dilakukan antaranya adalah :


1 . Konseptualisasi Model
Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis berdasarkan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel laten lainnya, dan juga dengan indikator-indikatornya. Teori dalam konseptualisasi model bukan hanya berasal dari para akademisi, tetapi juga dapat berasal pengalaman dan praktek yang diperoleh dari para praktisi. Selain itu konseptualisasi model juga harus merefleksikan pengukuran variabel laten melalui berbagai indikator yang dapat diukur.
2. Penyusunan Diagram Jalur
Tahap ini akan memudahkan kita dalam memvisualisasikan hipotesis yang telah diajukan dalam konseptualisasi model. Path diagram merupakan representasi grafis mengenai bagaimana beberapa variabel pada suatu model berhubungan satu sama lain, yang memberikan suatu pandangan menyeluruh mengenai struktur model
3. Spesifikasi Model
Tahap ketiga ini memungkinkan kita untuk menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi
4. Identifikasi Model
Informasi yang diperoleh dari data yang diuji untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model, disini kita dapat memperoleh nilai yang unik untuk seluruh parameter dari data yang telah kita peroleh.
Untuk menentukan apakah model kita mengandung atau tidak masalah identifikasi, maka harus dipenuhi keadaan berikut :
t < s/2
dimana :
t : jumlah parameter yang diestimasi
s : jumlah varians dan kovarians antara variable manifest
(observed/manifest) : yang merupakan (p+q) (p+q+1)
p : jumlah variabel y (indikator variabel endogen)
q : jumlah variabel x (indikator variabel eksogen)
Jika t > 2, maka model tersebut adalah unidentified. Masalah ini dapat terjadi pada SEM, dimana informasi yang terdapat pada data empiris (varians dan kovarians variabel manifest) tidak cukup untuk menghasilkan solusi yang unik untuk memperoleh parameter model. Masalah unidentifest tersebut dapat diatasi dengan mengkonstraint model dengan cara menambah indikator (variabel manifest) ke dalam model, menentukan (fix) parameter tambahan menjadi 0 dan mengasumsikan bahwa parameter yang satu dengan parameter yang lain sama.

Jika t = s/2, maka model disebut just-identified, sehingga solusi yang unik, tunggal, dapat diestimasi untuk megestimasi parameter. Model yang just-identified, seluruh informasi yang tersedia telah digunakan untuk mengestimasi parameter, sehinggga tidak ada informasi yang tersisa untuk menguji model ( derajat kepercayaan adalah 0).
Jika t < s/2, maka model tersebut adalah over-identified. Dalam hal ini lebih dari satu estimasi masing-masing dapat diperoleh (karena jumlah persamaan yang tersedia melebihi jumlah parameter yang diestimasi).
5. Estimasi Parameter
Tahap ini, kita melakukan pengujian signifikansi yaitu menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol. Estimasi parameter dalam LISREL mempunyai tiga informasi yang berguna yaitu koefisien regresi standar error dan nilai t. Standar error yang digunakan untuk mengukur ketepatan dari setiap estimasi parameter. Untuk mengetahui signifikan tidaknya hubungan antara variabel laten maupun antara variabel laten dengan indikatornya, maka nilai t harus lebih besar dari nilai t-tabel pada level tertentu yang tergantung dari ukuran sampel dan level signifikan tersebut.
6. Penilaian Model Fit
Ø Uji Keseluruhan
Salah satu tujuan dari Structural Equation Modeling adalah menentukan apakah model plausible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apaabila memiliki model fit yang baik pula.
Tingkat kesesuaian model secara keseluruhan terdiri dari:

· Absolute Fit Measures
Absolut fit Measures digunakan untuk memiliki kesesuaian model secara keseluruhan (baik model pengukuran maupun model struktural), tanpa menyesuaikan kepada degree of freedom-nya. Indikator-indikator dalam absolut fit Measures adalah sebagai berikut:
a. Chi-Square dan Probabilitas
Chi-square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model. Nilai Chi-square sebesar nol menunjukkan bahwa model memiliki fit yang sempurna (perfect fit). Nilai chi-square yang signifikan (kurang dari 0.05) menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang telah dibangun berdasarkan struktural equation modeling. Sedangkan probabilitas adalah untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar yang ditunjukkan oleh chi-square. Nilai probabilitas yang tidak signifikan (p≥0) adalah yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa data empiris sesuai dengan model.
Nilai probabilitas chi-square memiliki permasalahan yang fundamental dalam validitasnya. Menurut Cochran (1952) dalam Imam Ghozali (2005) probabilitas ini sangat sensitif dimana ketidaksesuaian antara data dengan teori (model) sangat dipengaruhi oleh besarnya ukuran sampel. Jika ukuran sampel kecil, maka chi-square ini akan menunjukkan data secara signifikan tidak berbeda dengan model dan teori-teori yang mendasarinya. Sedangkan jika ukuran sampel adalah besar, maka uji chi-square akan menunjukkan bahwa data secara signifikan berbeda dengan teori, meskipun perbedaan tersebut adalah sangat kecil
b. Goodness of Fit Indices (GFI)
Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan observed matriks kovarians. Nilai GFI ini harus berkisar antara 0 dan 1. Menurut Diamantopaulus dan Siguaw (2000) dalam Imam Ghozali (2005), nilai GFI yang lebih besar dari 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik.
c. Adjusted Goodness of Fit Index
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah sama dengan GFI, tetapi telah menyesuaikan pengaruh degress of freedom pada suatu model. Model yang fit adalah yang memiliki nilai AGFI 0.9 (Diamantopaulus dan Sigauw (2000) dalam Imam Ghozali (2005),. Ukuran yang hampir sama dengan GFI dan AGFI adalah Parsimony goodness of fit indexs (PGFI) yang diperkenalkan oleh Mulaik et.al (1989), yang juga telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6 (Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005).
d. Root Mean Square Errors of Approximation (RMSEA)
Ukuran model fit telah lama diperkenalkan oleh Steiger dan Lind pada tahun 1980. Nilai RMSEA yang kurang daripada 0.05 mengindikasikan adanya model fit, dan nilai RMSEA yang berkisar antara 0.08 menyatakan bahwa model memiliki perkiraan permasalahan yang reasonable (Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005). Sedangkan menurut Maccallum et.al (1996) dalam Imam Ghozali (2005) menyatakan bahwa model memiliki nilai yang cukup fit jika RMSEA berkisar 0.08 sampai dengan 0.1 dan jika RMSEA lebih besar dari 0.1 mengindikasikan model memiliki nilai fit yang jelek.
P-value for test of Close juga merupakan indikator yang menilai fit aatau tidaknya suatu model yang dapat dilihat dari kedekatannya terhadap model fit. Joreskog (1996) dalam Imam Ghozali (2005) menganjurkan bahwa P-value for test of Close (RMSEA < 0.05) haruslah lebih besar daripada 0.5 sehingga mengindikasikan bahwa model adalah fit.
e. Normed Chi-Square (X2 /df)
Normed Chi-Square (X2 /df) merupakan indikator goodness of fit adalah rasio perbandingan antara nilai chi-square dengan degrees of freedom. Menurut Wheaton (1977) dalam Imam Ghozali (2005) cut-off model fit sebesar 5 dan sedikit lebih tinggi daripada yang dianjurkan oleh Carmines dan Melver (1981) dalam Imam Ghozali (2005) yaitu sebesar 2).
· Comparative Fit Measures
Comparative fit Measures berkaitan dengan pertanyaan seberapa baikkah kesesuaian model yang dibuat dibandingkan dengan beberapa model alternatif. Indikator-indikator dari comparative fit Measures dianataranya adalah:
a. Normed Fit Index (NFI)
Normed Fit Index (NFI) yang ditemukan oleh Bentler dan Bonetts (1980), merupakan salah satu alternatif untuk menentukan model fit. Namun, karena NFI memiliki tendensi untuk merendahkan fit dalam sampel yang kecil, sehingga merevisi index ini dengan nama Comparative Fit Index (CFI). Nilai NFI dan CFI berkisar antara 0 dan 1. Tetapi suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai NFI dan CFI lebih besar dari 0.9 (Bentler,1992).
b. Non-Normed Fit Index (NNFI)
Non-Normed Fit Index (NNFI) digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model. Menurut Kelloway (1998) dalam Didi Achjari (2003) dalam Malla Bahagia (2008) menyatakan bahwa model dikatakan fit jika nilai NNFI 0.90.
c. Relative Fit Index (RFI)
Relative Fit Index (RFI) digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya 0 sampai 1, nilai yang lebih besar menunjukkan adanya superior fit. Menurut Kelloway (1998) menyatakan bahwa model dikatakan fit jika nilai NNFI 0.90.
d. Comparative Fit Index (CFI)
Comparative Fit Index (CFI) suatu model dikatakan fit apabila memiliki Comparative Fit Index (CFI) lebih besar dari 0.90. (Bentler, 1992 dalam Imam Ghozali,205).
· Parsimonius Fit Measures
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) yang diperkenalkan oleh Mulaik et.al. (1998) dalam Imam Ghozali (2005). PGFI telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6. (Byrne,1998 dalam Imam Ghozali, 2005). Lain halnya menurut Kelloway (1998) nilai PGFI berkisar antara 0-1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.
b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)
Menurut Kelloway (1998) nilai PNFI berkisar antara 0-1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.


Ø Uji Individual Measurement Model
Bila Kecocokan model secara keseluruhan telah terpenuhi, selanjutnya adalah memperhatikan kecocokan measurement model untuk setiap model. Bila model telah memenuhi criteria yang ditetapkan pada uji keseluruhan, maka langkah selanjutnya menguji setiap construct secara terpisah , dengan Uji signifiakansi setiap indikator dengan uji – t, variabel indikator diaktakan signifikan apabila nilai t yang diperoleh minimal sebesar 1.96 untuk taraf α = 5%, dan 2.58 untuk taraf α = 1% .
Ø Uji Individual Struktural Model
Langkah selanjutnya adalah menguji structural model. Pada pengujian ini terdapat dual hal yang harus dilakukan , yaitu :
a. Uji koefisien gamma dan beta
Seperti halnya uji signifikansi untuk indikator, parameter Gamma atau Beta dikatakan diaktakan signifikan apabila nilai t yang diperoleh minimal sebesar 1.96 untuk taraf α = 5%, dan 2.58 untuk taraf α = 1% .
b. Uji keseluruhan structural model
Untuk menilai kebaikan dari keseluruhan structural model, perhatikanlah nilai Squared Multiple Correlation (R²). Semakin besar nilai tersebut semakin baik model yang dihasilkan.
7. Modifikai Model
Modifikasi model dilakukan jika hasil yang diperoleh tidak fit. Model yang tidak fit dapat dilihat dari beberapa indikator goodness of fit yang tidak menunjukan batas dan syarat tertentu misalkan nilai p yang lebih kecil dari 0.05 sehingga menunjukkan model tidak fit padahal model dikatakan fit apabila memiliki p yang tidak signifikan (lebih besar dari 0.05). dalam Lisrel, terdapat modification index yang merupakan salah satu alternatif terbaik untuk memodifikasi model. Namun harus diperhatikan juga bahwa segala modifikasi (walaupun sangat sedikit), harus berdasarkan teori yang mendukung.
Beberapa modifikasi model dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengkorelasikan antara dua indikator.
2. Menambah hubungan (path) antara indikator dan variabel laten.
3. Merubah indikator dari suatu variabel.
Setelah melakukan modifikasi tersebut, maka yang seharusnya kita lakukan adalah mempertimbangkan dan mencari justifikasi teori yang kuat terhadap dilakukannya modifikasi tersebut.
8. Validasi Silang Model
Validasi silang model merupakan tahap terakhir dari analisis SEM yaitu menguji fit tidaknya model terhadap suatu data baru (validasi sub-sampel yang diperoleh melalui pemecahan sampel). Validasi silang ini penting apabila terdapat modifikasi yang substansial yang dilakukan terhadap model asli yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

9 komentar:

  1. pak indo
    soal uts bwt kelas akuntansi b dimana???

    BalasHapus
  2. Assalammu'alaikum.
    pak indoyama
    soal uts mata kuliah pengantar
    ekonomi makro tidak ada???

    wassalam,
    wahyu

    BalasHapus
  3. maaf, pak...
    saya masih bingung dengan tugas uts yang bapak maksud.
    soalnya liat di blog bapak trus kerjain disitu, ato ntar uts tertulis di kelas?
    ato buat nilai uts, kita hanya mengirimkan komentar ke blog bapak mengenai tulisan di blog bapak?

    BalasHapus
  4. ehh ada tuh soalnya!,,
    kalian liat aja di akhir manajemen bank! (tengah2 scroll)..
    makannya dibaca jgn lgs klik kebawah!
    hahahaha:D

    BalasHapus
  5. Nama : Romadhon
    Nim : 208081000053
    Kelas : Manajemen A / 2

    Kasus 1

    JENIS-JENIS ELASTISITAS PERMINTAAN

    a. Elastisitas permintaan silang
    Adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya
    perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan
    terhadap harga barang lain.

    Besarnya elastisitas silang (Ec) dapat dihitung berdasarkan kepada
    rumus berikut :
    Ec = Persentasi perubahan jumlah barang X yang diminta di bagi dengan Persentasi perubahan harga barang Y

    b. Elastisitas permintaan pendapatan
    Adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya
    perubahan permintaan terhadap suatu barang sebagai akibat daripada
    perubahan pendapatan pembeli.
    Besarnya elastisitas permintaan pendapatan (Ey) dapat ditentukan
    menggunakan rumus berikut :
    Ey = Persentasi perubahan jumlah barang yang diminta di bagi dengan Persentasi perubahan pendapatan

    Elastisitas penawaran mengukur respons penawaran terhadap perubahan harga.
    Koefisien Elastisitas Penawaran ( ES )

    Es = Presentase perubahan jumlah barang yang di tawarkan dibagi presentase perubahan harga barang

    Secara spesifik dapat dirubah menjadi persamaan berikut :

    QS / ½ (QS.1 + QS.2)
    ES = ------------------------------
    P / ½ ( P1 + P2 )

    Jenis-Jenis Elastisitas Penawaran
    1. Elastis sempurna,
    2. Inelastis sempurna,
    3. Elastisitas tunggal (unitary elasticity),
    4. Elastis Inelastis.


    Kasus 2
    Perilaku Konsumen (Teori Nilai Guna / Utility)
    Konsep dasar : menjelaskan tentang konsumen mendayagunakan
    sumber daya yang ada dalam rangka memuaskan keinginan / kebutuhan dari
    suatu atau beberapa produk.
    Pendekatan teori perilaku konsumen ada dua macam, yaitu :
    1. Teori utility cardinal
    2. Teori utility ordinal

    Teori utility cardinal
    Tokoh-tokohnya adalah Gossen, Walres, Jevons
    Memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu
    barang
    Tinggi rendahnya suatu barang tergantung pada subjek yang
    memberikan penilaian
    Teori ini berupaya untuk mengkuantifikasikan kepuasan

    Pendekatan matematik
    a. Daya guna diukur dalam satuan uang, yaitu penambahan uang untuk
    menambahkan unit yang dikonsumsi.
    b. Daya guna marginal dari uang tetap, yaitu nilai suatu uang dalam
    satuannya adalah sama, tanpa pandang statusnya.
    c. Additivitas, yatu utility total adalah keseluruhan konsumsi dari barang
    Xi – XnU = U ( X1) + (X2) + .... (Xn + 1)
    d. Daya guna bersifat indefenden, yaitu daya guna barang X1 tidak
    dipengaruhi oleh mengkonsumsi barang lain.

    e. Periode konsumsi berdekatan dan dengan jumlah yang sama.
    Contoh :
    Orang minum air. Air gelas pertama nilainya lebih tinggi dibanding
    dengan jelas berikutnya.

    Jenis nilai guna dalam teori utility cardinal :
    1. Total utility
    Adalah keseluruhan nilai guna (kepuasan) yang diperoleh
    seseorang sebagai akibat mengkonsumsi barang X.
    2. Marginal utility
    Adalah tambahan kepuasan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari menambah satu unit barang untuk memenuhi kepuasannya.

    Teori utility ordinal
    Tokoh-tokoh adalah : Hikeks & Allen
    Mengukur kepuasan dalam konsumsi dengan berdasarkan urutan
    kepuasan, misalnya : rendah, sedang, dan tinggi
    Dalam penilaiannya menggunakan kurva indifference

    Asumsi dasa teori utility ordinal :
    a. Rasionalitas artinya konsumen akan berusaha meningkatkan atau
    memilih tingkay kepuasan yang tinggi.
    b. Konveksitas artinya bentuk kurva indiference cembung dari titik origin
    dari sumbu absis dan ordinat.
    c. Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi
    d. Transivitas artinya konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang
    terbaik dan bebeberapa pilihan
    e. Kurva indifference tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan.

    Contohnya adalah seseorang membeli sebuah baju dan menilai nilai guna yang di gunakan terhadap pembeli tersebut dengan barang kebutuhan lainnya.


    Kasus 3

    Ketika harga suatu barang turun, dampaknya terhadap pilihan konsumen dapat dibagi menjadi dua jenis :
    1. Efek pendapatan : Efek pendapatan adalah perubahan konsumsi yang muncul karena harga yang rendah membuat konsumen lebih sejahtera, Efek pendapatan dicerminkan dalam pergerakan dari kurva indiferen yang lebih rendah ke yang lebih tinggi.
    2. Efek substitusi. Efek substitusi adalah perubahan komsumsi yang muncul karena harga yang rendah semakin mendorong konsumen untuk mengosumsi barang itu lebih banyak., efek substitusi dicerminkan dalam pergerakan sepanjang kurva indiferen tertentu menuju suara titik yang kemiringanya berbeda.

    BalasHapus
  6. NAMA : shinta rizkiyani
    NIM : 208081000010
    KELAS : manajemen 2A (FEIS ekstensi)
    jawaban UTS


    Pertanyaan nomor 1:
    jelaskan tentang elastisitas

    Elastisitas harga permintaan
    Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa (konsumsi) berubah ketika harganya berubah. Elastisitas permintaan ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang diminta sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
    Koefisien Elastisitas Permintaan
    Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut :
    Ed = % perubahan kuantitas diminta / % perubahan harga,
    atau
    ED = Q2 - Q1 + P2 – P1
    (Q1 + Q2)/2 (P1 + P2)/2

    Keterangan :

    ED = Elastisitas permintaan
    Q2 = Kuantitas permintaan setelah perubahan
    Q1 = Kuantitas permintaan awal
    P2 = Harga setelah perubahan
    P1 = Harga awal

    Dalam perhitungan koefisien elastisitas ini, angka minus tidak perlu ditulis karena kita telah mengetahui bahwa antara harga dan permintaan berslope negatif. Artinya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan, dan sebaliknya (hukum permintaan).
    Contoh : Apabila harga es krim naik dari $2 menjadi $2,2 dan jumlah pembelian turun dari 10 batang menjadi 8 batang, maka elastsitas permintaan dihitung sebagai berikut :
    Koefisien sebesar 2,32 menunjukkan bahwa perubahan harga sebesar 1 persen akan menimbulkan perubahan permintaan sebesar 2,32 %. Elastisitas permintaan memiliki hubungan negatif (arahnya berbalikan), yaitu ketika harga naik permintaan akan turun, vice versa.
    *Ada lima jenis elastisitas permintaan :
    1. Permintaan tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan, pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh lainnya yang sejenis.
    2. Permintaan tidak elastis : elastisitas < 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidakakan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena kita tetap membutuhkan bensin untuk bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, kita juga tidak mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.
    3. Permintaan uniter elastis : elastisitas = 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.
    4. Permintaan elastis : elastisitas > 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang penggantinya.
    5. Permintaan elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata berharga 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket untuk membeli paperclip, misalnya, kita cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana kita akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda-beda, memberikan fungsi yang sama.
    *Ada empat faktor utama dalam menentukan elastisitas permintaan :
    1. Produk substitusi.
    Semakin banyak produk pengganti (substitusi), permintaan akan semakin elastis. Hal ini dikarenakan konsumen dapat dengan mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga, sehingga permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan harga
    2. Prosentase pendapatan yang dibelanjakan.
    Semakin tinggi bagian pendapatan yang digunakan untuk membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis. Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika harganya naik, sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya. Sebaliknya pada produk yang harganya murah.
    3. Produk mewah versus kebutuhan.
    Permintaan akan produk kebutuhan cenderung tidak elastis, dimana konsumen sangat membutuhkan produk tersebut dan mungkin sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk mewah cenderung elastis, dimana barang mewah bukanlah sebuah kebutuhan dan substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan.
    4. Jangka waktu permintaan dianalisis.
    Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, semakin elastis permintaan akan suatu produk. Dalam jangka pendek, kenaikan harga yang terjadi di pasar mungkin belum disadari oleh konsumen, sehingga mereka tetap membeli produk yang biasa dikonsumsi. Dalam jangka panjang, konsumen telah menyadari kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah ke produk substitusi yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas dan desain produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen pindah ke produk lain.
    *Elastisitas dan Total Penerimaan (penjual/produsen)
    Elastisitas permintaan mempengaruhi total penerimaan yang diterima oleh penjual ataupun produsen. Hubungan keduanya adalah sebagai berikut :
    1. Permintaan tidak elastis sempurna (= 0), perubahan harga tidak mempengaruhi kuantitas yang diminta atas barang. Dengan demikian, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan, vice versa.
    2. Permintaan tidak elastis (< 1), prosentase perubahan kuantitas yang diminta < dari prosentase perubahan harga. Oleh karena itu, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan penjual/produsen, vice versa.
    3. Permintaan uniter elastis (= 1), prosentase perubahan kuantitas = prosentase perubahan harga. Dengan demikian, tidak ada pengaruh terhadap total penerimaan.
    4. Permintaan elastis (> 1), prosentase perubahan kuantitas yang diminta > dari prosentase perubahan harga. Oleh karenanya, kenaikan harga akan menurunkan total penerimaan penjual/produsen, vice versa.
    5. Permintaan elastis sempurna (tak terhingga), kenaikan harga akan menyebabkan permintaan turun jadi 0. Oleh karenanya, kenaikan harga sekecil apapun akan menghilangkan total penerimaan. Sementara penurunan harga akan menurunkan total penerimaan.
    Pembuktian akan hubungan antara hubungan antara elastisitas dan total penerimaan ini dapat disimulasikan sendiri dengan menentukan koefisien elastisitas sebuah produk.

    *Elastisitas silang berhubungan dengan karakteristik kedua produk, yaitu :
    1. Produk substitusi.
    Elastisitas permintaan silang adalah positif, dimana kenaikan harga produk A akan menaikkan permintaan atas produk B. Contoh produk substitusi : minyak tanah dan kayu bakar, makanan ringan yang tersedia dalam berbagai merek, beras berkualitas sama mereak A dan B, dan lain sebagainya.
    2. Produk komplementer.
    Elastisitas permintaan silang adalah negatif , dimana kenaikan harga produk A akan menurunkan permintaan produk B, vice versa. Contoh produk komplementer misalnya bensin dan mobil (mobil tidak dapat digunakan tanpa bensin). Jika harga bensin naik, permintaan akan mobil akan cenderung turun.

    *Elastisitas Permintaan Pendapatan (pembeli/konsumen)
    Elastisitas permintaan pendapatan (elastisitas pendapatan) mengukur bagaimana kuantitas permintaan merespon terhadap perubahan pendapatan pembeli.
    Elastisitas pendapatan ditentukan oleh jenis produk, yaitu :
    1. Produk normal.
    Elastisitas pendapatan adalah positif. Misalnya, permintaan akan produk normal akan meningkat jika pendapatan meningkat. Contoh ekstrimnya adalah beras, dapat digantikan dengan ubi sebagai produk inferiornya.
    2. Produk inferior.
    Elastisitas pendapatan adalah negatif. Misalnya, permintaan akan produk inferior akan menurun jika pendapatan meningkat.

    B. Elastisitas Harga Penawaran
    Elastisitas harga penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa berubah ketika harganya berubah. Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.

    *Elastisitas Penawaran
    Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
    Ada lima jenis elastisitas penawaran :

    1. Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tidak dapat ditambah pada tingkat harga berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akan terlihat vertikal.
    2. Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih kecil dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
    3. Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dengan perubahan harga.
    4. Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih besar dari perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
    5. Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan dapat menyuplai berarapun kebutuhan pada satu tingkat harga tertentu. Perusahaan mampu menyuplai pada biaya per unit konstan dan tidak ada limit kapasitas produksi.

    Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
    Ada dua faktor yang sangat penting dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu :

    1. Kemampuan penjual/produsen merubah jumlah produksi.
    Ini berkaitan dengan biaya dan kapasitas produksi. Penawaran akan cenderung tidak elastis apabila salah satu dari hal-hal berikut terjadi :
    - Biaya produksi untuk menaikkan jumlah penawaran besar. Misalnya jika produksi saat ini telah mencapai skala ekonomis dan biaya rata-rata minimal, maka penambahan satu unit produksi akan menambah biaya rata-rata dan mengakibatkan produksi berada dalam skala tidak ekonomis.
    - Atau kapasitas produksi telah terpakai penuh, sehingga penambahan kapasitas akan memerlukan pabrik/mesin baru, misalnya, yang membutuhkan investasi besar.
    Sementara penawaran akan cenderung elastis jika yang terjadi adalah sebaliknya.
    2. Jangka waktu analisis.
    Pengaruh waktu analisis terhadap elastisitas penawaran dibedakan menjadi tiga :
    - Jangka waktu yang sangat singkat. Pada jangka waktu yang sangat singkat, penjual/produsen tidak dapat menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi tidak elastis sempurna.
    - Jangka pendek. Kapasitas produksi tidak dapat ditambah dalam jangka pendek, namun perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Hasilnya, penawaran dapat dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil, sehingga penawaran tidak elastis.
    - Jangka panjang. Produksi dan jumlah penawaran barang lebih mudah dinaikkan dalam jangka panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis.
    3. Stok persediaan.
    Semakin besar persediaan, semakin elastis persediaan. Ini karena produsen dapat segera memenuhi kenaikan permintaan dengan persediaan yang ada.
    4. Kemudahan substitusi faktor produksi/input.
    Semakin tinggi mobilitas mesin (atau kapital lainnya) dan tenaga kerja, semakin elastis penawaran. Semakin elastis mobilitas kapital dan tenaga kerja, semakin mudah produsen memenuhi perubahan permintaan yang terjadi. Ini karena kapital dan tenaga kerja ebih fleksibel, sehingga dapat ditambah atau dikurangi sewaktu-waktu dibutuhkan.

    Pertanyaan nomor 2:
    sebutkan tentang teori konsumen


    teori perilaku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, yang dapat berupa barang-barang atau jasa-jasa konsumsi.
    *teori kardinal
    kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan, misalnya mata uang.
    setiap tambahan satu unit batang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut, yang dapat disebut kepuasan marginal.
    *teori ordinal
    kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan angka ordinal (relatif)
    kelemahan teori ini adalah anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsunmsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. pada kenyatannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

    Pertanyaan nomor 3:
    jelaskan tentang efek substitusi dan efek pendapatan

    Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara harga suatu produk dengan kuantitas yang diminta, jika hal-hal lainnya konstan/ceteris paribus. Permintaan ber-slope negatif terhadap harga (hukum permintaan). Dengan kata lain, ketika harga naik permintaan akan turun, dan ketika harga turun permintaan akan naik.
    Kuantitas permintaan cenderung turun ketika harga naik karena dua alasan dasar :
    1. Efek substitusi. Naiknya harga suatu produk akan mengakibatkan konsumen mencari substitusi yang harganya tidak naik. Misalnya saja, harga telur bebek naik, maka dapat diganti dengan telur ayam. (Produk substitusi adalah produk-produk yang memiliki fungsi sama/serupa).
    2. Efek pendapatan. Apabila harga naik sementara pendapatan konsumen tidak berubah, maka daya beli riil konsumen tersebut berkurang.
    Kuantitas yang diminta semua individu pada setiap tingkat harga dapat dijumlahkan untuk memperoleh permintaan pasar (market demand). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan pasar :
    1. Rata-rata pendapatan konsumen. Apabila pendapatan naik, setiap orang akan cenderung mengkonsumsi lebih/membeli lebih banyak barang meskipun harga barang tidak berubah.
    2. Ukuran pasar. Kota yang populasinya lebih besar cenderung akan membeli lebih banyak daripada kota yang populasinya kecil.
    3. Harga dan ketersediaan produk-produk yang berkaitan. Salah satunya yang penting adalah produk substitusi. Misalnya saja, permintaan akan mobil berukuran sedang akan rendah apabila harga mobil berukuran kecil murah.
    4. Selera. Berbagai perbedaan sejarah dan budaya akan mempengaruhi selera konsumen. Produk tertentu mungkin laku di suatu wilayah, namun tidak di wilayah lainnya. Misalnya saja, daging kerbau tidak akan laku di India karena tabu untuk dikonsumsi (kerbau adalah binatang yang mulia di India). Perbedaan ini juga dapat berupa kebutuhan psikologi tertentu, pakaian dan makanan khas daerah, rokok, mobil mewah, dan lain sebagainya.
    5. Pengaruh-pengaruh khusus. Misalnya saja, permintaan produk dekorasi natal menjelang perayaan Natal, baju renang menjelang musim panas, payung menjelang musim hujan, dan transportasi publik ketika harga parkir/bensin sangat mahal.
    Lima faktor diatas dapat mengakibatkan pergeseran kurva permintaan, karena merupakan faktor-faktor diluar harga. Perhatikan bahwa kenaikan/penurunan harga akan mengakibatkan permintaan berubah di sepanjang kurva permintaan, sedangkan kelima faktor diatas akan mengakibatkan pergeseran kurva permintaan

    BalasHapus
  7. Nama :Rudi yansyah
    NIM:208081000059
    Kelas:Manajemen 2B (non reguler)
    Hari,senin PUKUL:19.00

    soal 1
    Elastisitas Permintaan adalah mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai salah satu akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.

    -Elastisitas Harga(Price Elasticity of Demand)
    mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.

    1.Angka elastisitas harga(ep)

    -inelastis(ep<1)
    perubahan permintaan dalam presentase lebih kecil daripada perubahan harga.contoh kasus:perubahan harga beras di indonesia,tidak berpengaruh besar terhadap perubahan permintaan terhadap beras.

    -Elastis(ep>1)
    permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan harga suatu harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar.contoh kasus:barang mewah seperti mobil umumnya permintaannya elastis.

    -Elastis Uniter(ep=1)
    jika harga naik 10% permintaan turun 10% juga.contoh kasus:contoh kasus:bila harga sebuah handphone naik 10%,maka permintaannyapun turun 10%.

    -inelastis sempurna(ep=0)
    berapapun harga suatu barang,orang akan membeli jumlah yang dibutuhkan.contoh kasus:permintaan terhadap garam.

    -elastis tak terhingga
    perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya.contoh kasus:perubahan harga minyak dunia menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang.

    Elastisitas Penawaran adalah angka yang menunjukan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan berubah,bila harga barang berubah satu persen.

    Elastisitas silang adalah mengukur presentase perubahan permintaan akan suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.

    Elastisitas Pendapatan adalah mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu persen.

    Soal 2

    Teori kardinal(cardinal theory)
    menurut teori kardinal,bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,panjang dengan centimeter atau meter.sedangkan satuan ukuran kegunaan adalah util.Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi adalah utlitas total.tambahan kegunaan dari penambahan satu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal.total uang yang harus dikeluarkan untuk dikonsumsi adlah jumlah unit barang dikalikan harga per'unit.Contoh:apabila kita ingin membeli baju,kita harus tahu dulu nilai baju itu yang dianumsikan setara dengan rupiah.

    Teori ordinal (ordinal theory)
    menurut teori ordinal,kegunaan tidak dapat di hitung,hanya dapat dibandingkan.Contoh:bila kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang.teori ordinal menggunakan kurva indeferensi,kurva undeferensi adalah kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen.

    Soal 3

    Efek subtitusi adalah menambah jumlah konsumsi barang yang harganya relatif lebih murah dan mengurai jumlah konsumsi barang yang harganya relatif lebih mahal.contoh:apabila harga kopi lebih murah ketimbang harga teh,maka efek yang terjadi adalah pergantian dari pola konsumsi dari kopi-teh menjadi teh-kopi..

    Efek pendapatan adalah pendapatan nyata berubah,menyebabkan jumlah permintaan berubah.contoh:ketika pendapatan berubah,otomatis daya permintaan berubah.yang tadinya kebutuhannya hanya 60% meningkat menjadi 90% dikarnakan efek pendapatan itu sendiri.

    Referensi:FEUI
    PRATHAMA RAHARDJA
    MANDALA MANURUNG

    BalasHapus
  8. Nama :Badru Zaman
    NIM :208081000063
    Prodi :Manajemen 2B (Non Reguler)
    Jadwal kuliah Hari Senin Jam 18.30-20.00 WIB
    semester : 2 (Dua)

    Jawab Soal 1

    A.Elastisitas Permintaan
    Permintaan adalah hubungan antara jumlah suatu barang yang mau di beli dengan harga barang itu.
    Elastisitas adalah konsep umum yang digunakan untuk mengkuantifikasikan tanggapan satu variable ketika variable lain berubah.

    B.Jenis-jenis Elastisitas

    * Elastis Jika koefisien elastisnya Ed>1 Yaitu hubungan permintaan dimana presentase perubahan kuantitas yang di minta lebih besar dalam nilai absolut, contoh .mobil,motor dll

    * Inelastis jika koefisiennya Ed<1
    misal: sembako

    * elastis Uniter Ed=1 Yaitu hubungan dimana presentase perubahan yang diminta sebesar presentase perubahan harga.Contoh sepatu,pakaian

    * Elastis Sempurna (Ed Tak terhinga )Bila kenaikan harga yang amat kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang diminta berkurang menjadi 0

    * Inelastis sempurna Ed=0 Rtinya berapapun harga di pasar, permintaan tetap
    contoh tanah,garam

    **Hukum permintaan:
    " Hubungan negatif antara harga yang diminta :ketika harga naik maka kuantitas yang diminta turun,ketika harga turun maka kuantitas yang diminta naik.

    Jawab Soal 2

    Teori Kardinal
    'Yaitu memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan suatu barang. Artinya tinngi rendahnya suatu barang tergantung pada subyek yang memberikan penilaian.

    pada dasarnnya teori kardinalmengambil pengalaman sehari-hari misalnya minum air atau makan bakso.

    Teori Ordinal
    " Teori Ordinal menganalisa tingkat kepuasan masing masing individu sehubungan dengan mengkonsumsi dua macam barang.
    asumsi yang mendasari teori ordinal
    a.Rasianalitas
    b.konveksitas
    c.Nilai guna
    d.transivitas

    Jawab 3

    **Efek subtitusi dan pendapatan

    Seorang konsumen dapat merubah jumlah konsumsi barang x dan y apabila harga atau pendapatannya naik.bila harga barang turun, konsumsi terhadap harga barang yang turun relatif bertambah.bila pendapatan naik maka konsumsi terhadap barang x dan y akan naik.tetapi apabila suatu harga barang turun atau naik,maka pendapatannya juga akan naik atau turun.sehingga tingkat kepuasaan sebagai akibat dari perubahan itu akan mengalamiperubahan pula.
    bila terjadi penurunan harga

    Harga barang x dan y akan berubah disertai peningkatan atau penurunan permintaan barang yang dimaksud adakah barang normal.apabila harga barng turun disertai dengan turunya permintaan berarti barang tersebut adalah barang inferior.
    Barang Inferior adalah barang yang permintaannya cenderung menurun.

    bila harga barang x turun,terdapat dua efek yang bekerja,yaitu efek subtitusi dan efek pendapatan,efek subtitusi menyebabkankonsumen menambah konsumsi barang yang lebih murah dengan menkonsimsi barang mahal.

    BalasHapus
  9. Asalamualaikum Pak mau tanya kisi-kisi buat UAS apa ya?Akuntansi 2A.

    BalasHapus